Selasa, 13 November 2012

Nasi, Petani dan Hidup Hemat


Nasi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia atau makanan rutinias sehari-hari warga Indonesia. Makan tidak dengan nasi, sama saja seperti makan banyak tetapi tidak kenyang-kenyang. Nasi yang sehari-hari kita makan itu berasal dari beras, beras berasal dari padi, yang sudah berumur kurang lebih 3 bulan, lalu di panen.  Di tempat saya tinggal harga beras perkilogramnya Rp. 8.000,00. Harga yang cukup mahal bukan? Banyak sekali petani-petani padi di Indonesia khususnya di daerah pulau Jawa. Lahan sawah yang luas sering kita jumpai di daerah pedesaan dan daerah pedalaman, tetapi di pulau Jawa, lahan sawah semakin menyempit, karena lahan sawah yang ada telah di jadikan tempat untuk bermukim, apalagi bagi para investor yang hanya numpang meraup keuntungan dari penjualan lahan sawah milik warga. Tak heran pulau Jawa itu, pulau yang padat penduduknya di bandingkan dengan pulau yang lainnya.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Padi juga merupakan tanaman yang tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di area sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk memenuhi  pertumbuhannya. Tanaman padi menghasilkan beras, kemudian beras tersebut kita masak dan jadilah nasi, yang sehari-hari kita makan.


Menurut perkiraan saya, para petani dapat menanam padi bisa satu atau dua kali menanam padi dalam satu tahun. Itu semua tergantung pada daerah dataran tinggi dan dataran rendahnya, struktur tanah, curah hujan, dan kebutuhan air untuk kebutuhan tanaman padi tersebut. Menanamnya pun tidak sembarang dengan cuma hanya menanam saja. Tanah atau lahan yang ingin di tanami padi sebelumnya dibajak terlebih dahulu, bisa menggunakan mesin (traktor), hewan (kerbau) bisa juga dengan cara di cangkul oleh petani sendiri. Kemudian padi tersebut di beri pupuk dan di semprot oleh suatu cairan pengusir hama, agar tanaman padi terhindar oleh hama, seperti tikus, burung pemakan biji-bijian dan lain-lain. 

Setelah padi berumur kurang lebih tiga bulan 10 hari, barulah tanaman padi siap untuk di panen. Padi yang sudah merunduk karena terisi beras di dalam cangkang padi dan berwarna kuning keemasan, padi siap untuk di panen. Memanen padi pun membutuhkan proses dan perjuangan yang sangat keras, dari mulai mengarit (proses memotong tangkai padi), memisahkan padi dengan tangkai nya, menjemur padi, dan menggiling padi (proses memisahkan cangkang padi dengan beras), lalu jadilah beras yang siap di masak untuk di jadikan nasi, itu semua adalah proses yang sangat panjang, memerlukan waktu berhari-hari untuk melakukan proses tersebut. Untuk menjemur padi, selagi terik panas matahari tinggi maka 2 hari pun padi sudah kering, tapi kalau cuaca mendung, menjemur padi bisa sampai 3 hari. Sungguh keras perjuangan para petani padi Indonesia ini.

Saya salut dengan para petani padi Indonesia, dan saya pun bangga dengan mereka. Jika tidak ada mereka (para petani padi) kita mau makan apa? Karena kita sebagai warga Indonesia memakan nasi itu adalah kebutuhan pokok. Kalau tidak ada mereka, lalu siapa lagi? Belum tentu kalian-kalian semua mau menjadi petani, iya kan? Penghasilan petani berapa sih? Dikala mereka untung ya dapat untung, dan dikala mereka rugi ya mendapat rugi pula. Apalagi disaat musim kemarau dan musim hujan. Saat musim kemarau, petani sangat kesulitan untuk mendapatkan air. Saat musim kemarau, para petani biasanya bekerja sama untuk mendapatkan air untuk di alirkan ke saluran irigasi menuju ke lahan persawahan dengan menggunakan pompa air dengan mesin diesel. Sungguh keras perjuangan para petani padi Indonesia, oleh karena itu kita harus berterimakasih kepada para petani Indonesia. 

Kita manusia dalam sehari-hari itu pasti tidak jauh dengan yang namanya makan, apalagi makan nasi. Tentunya kita sudah familiar dengan yang namanya nasi. Dalam sehari, anda makan nasi berapa kali? Dua kali? Tiga kali? Atau empat kali dalam sehari? Wah tentunya kita dalam sehari itu pasti bertemu nasi, bertemu nasi dan bertemu nasi lagi. Karena nasi adalah makanan pokok kita. Setiap makan nasi, apakah nasi itu habis? Atau masih ada sisa sedikit? Atau bahkan nasi itu tidak habis? Saya berterimakasih sekali kepada orang yang setiap makan nasi selalu habis, karena mereka yang makan nasi selalu habis itu saya anggap telah menghargai perjuangan para petani padi.

Jika Anda makan nasi, tetapi nasi itu tidak habis, itu merupakan suatu tindakan yang sangat mubadzir. Anda setiap makan nasi dirumah, di Warung Tegal (warteg), di kantin atau di tempat makan yang lain sebaiknya anda request saja untuk pemesanan porsi nasi nya, seandainya porsi makan Anda sedikit, yasudah tinggal bilang saja ke pelayannya, bahwa Anda memesan nasi nya setengah atau sedikit saja, hal ini untuk menghindari sifat boros dan mubadzir. Karena sayang bila nasi di buang-buang karena tidak habis. 

Ada yang bilang kalau nasi yang kita makan itu tidak habis, maka nasinya akan nangis. Itu sebenarnya hanya untuk menghimbau kita supaya kita tidak membuang-buang nasi. Tapi seandainya kalau nasi di buang-buang nasi nya akan nangis, kalau yang itu saya kurang tahu kebenarannya, hanya Tuhan yang tahu.

Anda pernah melihat pengemis dijalanan? Pengemis di lampu merah? Pengemis yang sambil menggendong anaknya, bahkan pengemis yang biasa mangkal di suatu tempat tertentu, apakah anda pernah melihatnya? Mereka pengemis juga ingin makan, dan ingin hidup, maka dari itu mereka mengemis agar kebutuhan pangannya terpenuhi. Begitu pun dengan gembel, gembel yang tinggal di pinggiran emper rumah, gembel yang tinggal di kolong jembatan dan gembel yang tinggal di pinggir jalan, mereka juga membutuhkan makan. 

Dari pada kita makan nasi, tapi nasi tersebut tidak habis, mending kita membelikan sedikit nasi atau memberikan sedikit uang untuk pengemis dan gembel tersebut supaya kebutuhan pangannya terpenuhi. Toh pengemis dan gembel juga manusia sama seperti kita. Oleh karena itu kita harus hidup hemat, jangan melakukan hal yang boros dan mubadzir. Dalam melakukan sesuatu, patutnya kita berfikir dahulu. Hidup itu pilihan, jadi tentukanlah hidupmu.

Kesimpulan : dalam hal apapun entah itu dalam berbelanja, membeli makanan atau minuman, dan lain-lain kita harus melakukan penghematan, jangan melakukan hal yang bersifat boros dan mubadzir. Karena boros dan mubadzir itu merupakan sifat syaitan, buang jauh-jauh sifat tersebut. Biasakanlah untuk hidup hemat dan berbagi kepada sesama manusia yang lebih membutuhkan dari pada kita. Mulailah melakukan penghematan dari diri sendiri mulai saat ini. Hidup banyak pilihan, tentukan pilihanmu. Mulailah dari diri Anda sendiri.


Nama : Ardian August Rachman
Kelas : 1IA11
NPM : 51412042

0 komentar:

Posting Komentar